Sabtu, 05 April 2014

PERJUANGAN SEORANG BAYI



Suatu hari ketika seorang ibu sedang berjuang melahirkan seorang bayinya, disaat itu pula bayi tersebut kehilangan sosok ibundanya. Pada saat itu waktu menunjukkan tanggal 12 bulan 05 tahun 1998 yang telah mampu membuat seorang terlahir dan seseorang pergi untuk selamanya, beberapa hari setelah kejadian tersebut terjadi ada seorang laki-laki datang kerumah duka yyang mempunyai tujuan mengingingkan anak tersebut untukk menjadi anaknya dengan cara diangkat anak, setelah berbincang-bincang dengan keluarga duka suatu kesepakatan pun dibuat mereka setuju jika anak tersebut diangkat anak oleh laki-laki tersebut.

Singkat cerita...(9tahun berlangsung)

Aku telah berumur 9 tahun aku duduk dibangku kelas 4 SD, ketika itulah aku mengetahui rahasia yang telah orang tuaku tutupi selama ini namun aku mengetahui akan hal ini tidak melalui orang tuaku sendiri melainkan dari mulut orang lain, pada saat itu aku sedang jalan kaki digang rumah ada seorang tetangga yang tidak sengaja bicara.
            “Tut, kamu itu bukan anak kandung dari orang tuamu yang selama ini telah merawatmu,, kamu itu cuman anak angkat yang sangan terpaksa diangkat karna kamu itu telah merebut nyawa ibumu sendiri”.Kata tetangga tersebut.
            “Ya allah, ibu sama bapak tutut yang sekarang itu ya orang tua tutut kandung”.Jawab anak tersebut.
Tutut pun pulang sambil menangis ,sesampainya dia dirumah ia langsung menanyakan hal tersebut kepada orang tuanya.
            “Tutut anak kandung, bapak ?”.Tanya tutut kepada ayahnya.
            “Kenapa kamu bertanya seperti itu?”.Jawab ayahnya.
            “Bapak sama ibu gak usah bohong, lebih baik tutut tahu sekarang dari pada tutut harus tahu kebenarannya besok atau kapan”. Jawab tutut (sambil menangis) .
            “Iya, memang kamu itu bukan anak kandung bapak sama ibu, tapi bapak sama ibu selalu menganggap kamu sebagai anak bapak sama ibu sendiri, apa arti status anak kandung kalau semua itu hanya status belaka.” Jawab ayah.
            “Bapak, boleh gak seandainya tutut tahu cerita tutut yang sebenarnya”.Pinta tutut kepada ayahnya.

“Dulu saat ibu kandung kamu sedang mengandung kamu beliau sempat bicara “JIKA SAYA MELAHIRKAN ANAK PEREMPUAN LAGI, LEBIH BAIK SAYA RELAKAN NYAWA SAYA UNTUK ANAKKU KELAK” saat waktu kelahiran,ternyata yang lahir seorang bayi perempuan, pada saat mengandung kamu pun ibu kamu sudah dalam keadaan yang tidak stabil yang seharusnya beliau tidak diperkenankan lagi untuk mengandung karena kedaan rahimnya sagat lemah namun beliau sangat bersihkeras untuk mempertahankan keadaan bayinya dengan harapan yang lahir seorang bayi laki-laki dengan keadaan kaki yang sangat bengkak badan yang sangat lemas tensi darah yang terus menurus tidak stabil dan pada saat tiba hari dimana harus melahirkan bayinya beliau harus berjuang sekuat tenaganya beliau harus memilih antara beliau yang selamat atau bayinya yang diselamatkan dalam keadaan kritis beliau sempat berpesan pada kamu “tegarlah nak dengan semua masalah yang akan kamu hadapi kelak nanti saat kamu dewasa” dan tidak lama kemudian kamu lahir dengan tangisan yang lembut dan bebrapa menit kemudian keadaan beliau sangat kritis dan pada saat kamu selesai dibersihkan dan pada saat kamu ingin di berikan kepada beliau dan pada saat itu pula beliau pergi untuk selamanya meninggalkan kamu”
Sekarang aku telah berumur 13 tahun aku sudah duduk dibangku kelas 1 SMP.
Selama 13 tahun itu pula aku tidak pernah mengetahui siapa nama ibu kandungku, Dimana rumah abadi ibu, mungkin bagi mereka terlalu dini jika aku harus mengenalnya saat ini , aku hanya dapat menunggu, sekitar 2 tahun kemudian saat aku berada dikela 3 SMP dan pada saat itu pula ujian nasional akan berlangsung dan pada sore harinya aku memohon pada ayahku agar dia berkenan untuk memberitahukan dimana keberadaan makam ibu saat ini, saat itu hujan sangat deras namun aku gak pernah terlintas difikiranku untuk kembali kerumah lagi, adzan maghrib pun terdengar dan itu aku sedang duduk didepan rumah yang indah yang dimilikki oleh ibu.

Penderitaanku gak cukup sampai disitu disisi lain aku sangat merindukan ibu ku yang telah pergi tapi disisi lain lagi aku harus mampu menghargai posisi ibu angkatku saat ini, dia yang telah rela merawatku setelah kepergian ibuku,  mungkin jasanya gak akan pernah aku lupa mungkin semua pengorbanannya gak akan pernah terhitung oleh jangka waktu, aku mengagumi dia dengan semua kerja kerasnya, mungkin kalian beranggap kalu kehidupanku baik-baik saja tetapi yang aku rasa saat ini hanyalah tekanan tekanan dan selalu tekanan, cobaan yang silih berganti aku coba untuk hadapi samapi puncak titik balik kehidupan, terlalu sabar aku untuk menunggu terlalu lugu aku untuk tak memiinta, kesalahan yang aku lakukan satu kali mungkin bagi mereka adalah kesalahan untuk seumur hidupku saat amarah datang mengapa mereka harus beruca kata yang tak selayaknya diucapkan oleh seorang pemimpin, mereka selalu beranggapan bahwa aku tak mampu untuk hidup mandiri.

Aku hanyalah seorang anak kecil yang telah kehilangan ibundanya sejak aku dilahirkan mungkin sebutan yang pantas untuk aku hanya “pembunuh” karna aku telah tega merebut nyawa seorang bidadari surga yang telah berkenan mengandungku, dia rela mempertaruhkan nyawanya saat melahirkanku, aku saat ini hidup dengan bayang-banyang rasa penyesalan yang mungkin gak akan pernah bisa hilang sampai kapanpun, aku tak pernah meminta semua cerita ini ada aku juga tak pernah ingin aku berada didunia yang selalu membuatku menyerah, bukan cacian dan hinaan mereka yang membuatku menyerah namun rasa bersalahku lah yang membuatku ingin menyerah, terlalu sering aku mendapatkan hinaan, terlalu lama aku bersabar untuk tak menangis, namun apa yang kini aku dapatkan hanya lah remehan yang gak pernah menganggapku ada, sekarang aku sudah mau 16 tahun tak pernah engkau menemuiku mungkin terlalu benci kau padaku karna aku lah yang meyebabkan kau kehilangan seluruh kasih sayang yang selama ini engkau dapatkan, akan kah ada anak lain yang bernasib sama denganku, aku mencoba selalu tersenyum dimata kalian aku selalu mencoba tegar dan kuat dihadapan kalian , andai kalian tahu ,aku terlalu rapuh dengan semua ini, air mataku tak mungkin lagi kuteteskan, saat ini aku hanya mampu menangis dalam kesendirian dan mencoba berteriak dalam kesunyian ...